Sabtu, Februari 13, 2010

SAJAK CINTA SANG PUJANGGA


Ketika pujangga mulai menorehkan syair tentang sajak cintanya dalam sebuah kertas. Sejenak dia hentikan langkahnya, sambil menutup mata dia goreskn pena mengikuti detak nadi seiring alunan melodi kebisingan malam yang hanyut dibawa oleh sang pujangga dari tanah gurun yang gersang dan haus akan cinta dan kasih sayang. Takkan berhenti ia tuk menuliskan sejuta rasa yang takkan mampu secara utuh melukiskannya dengan kata kata, yah, hanya nadi yang tersambung kedalam segumpal daging dalam dada yang akan merasakannya betapa ia mengharapkan kasih dan sayang dari sang hawa. Secercah harapan kian terrangkum dalam kanvas langit yang biru, saat cinta mulai disaat terpatri, Kresahan mulai meradang mengusik hati sang penyair. Kemanakah gudah dan resah itu kan dibawa. Takkan cuku hanya tertuang dalam bait syair sang pujangga dalam serpihan dan lembaran kertas lusuhnya. Hanyalah hati dari sang hawa yang mampu menjawab kegundahan dalam jiwa yang terus mencari arti sebuah rasa.


"arta"

CINTA TAK BERPIHAK


Letih sudah terasa raga kurusku ini tuk terus berjalan dan mencari. Jauh sudah jalanan ku susuri hingga ke sudut relung tak bercahaya. Kaki kecilku sudah tak mampu lagi memijak tajamnya kerikil yang menjulang tajam dengan akuhnya dan seakan tak mau memberiku jalan. Kemana lagi harus aku cari sebuah cinta yang selalu pergi dan menjauh. Apakah aku laki-laki hanyalah sebuah gambaran dari kisah cinta yang tak pernah berpihak. Ataukah aku hanyalah laki-laki yang terlahir tanpa mendapatkan kasih dan cinta. Jauh dalam lubuk hati kecilku yang haus akan cinta dan kasih sayang. Mengharapkan sandaran hati tuk mau berbagi meskipun dengan kesederhanaanku. Aku tak kan pernah letih dan berhenti berharap akan hadirnya sebuah kasih. Meskipun aku harus mengejarnya hingga ke ujung jalan tanpa batas dan bersama waktu yang takkan pernah usai berputar. Aku akan selalu mencarinya !!!.

"arta"